Site Feed SOSIOLOGI AGAMA UIN: June 2007

Wednesday, June 27, 2007

SELAMAT MENEMPUH UAS GENAP 2007

SEGENAP CIVITAS AKADEMIK SOSIOLOGI AGAMA UIN MENGUCAPKAN SELAMAT MENEMPUH UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GENAP 2007 (BY PENGASUH WEB)

CARA MENGISI BLOGSPOT SOSIOLOGI AGAMA

Kepada Bp/Ibu/Sdr/Sahabat Pemerhati Kajian Sosiologi Agama yang berminat mengisi informasi web site SOSIOLOGI AGAMA UIN , silahkan kirim ke e-mail : qorymail@yahoo.com atau isy_mail@yahoo.co.id Contac Person : Muhammad Ismail Hp. 08568645452

analisa adaptasi

ANALISA ADAPTASI
DALAM KAJIAN SOSIOLOGI
Oleh : Muhammad Ismail*
A. Pengertian Adaptasi
Dilihat dari segi terminologi, terdapat beberepa pengertian mengenai konsep adaptasi. Diantara konsep tersebut adalah , bahwa adaptasi diartikan sebagai : 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem , 3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. Penyesuaian kelompok terhadaplingkungan 5. Penyesuaian pribadi terhadap lingkungan 6.Penyesuaian biologis atau budaya sebagai hasil seleksi alamiah[1]. Sedang Theodore memberikan pengertian bahwa adaptasi sosial adalah suatu proses dimana kelompok atau individu menyesuaikan perilakunya agar cocok dengan lingkungan sosial [2].
Untuk membimbing jalannya analisa agaknya konsep analisa fungsional mengenai adaptasi yang dikemukakan oleh Talcott Parson dapat membantu[3]. Dalam konsep tersebut secara umum dijelaskan , bahwa adaptasi dipandang sebagai salah satu prasyarat fungsional (Funcional Requistes) untuk melestarikan kehidupan sistem. Pengertian adaptasi, menunjuk pada keharusan bagi setiap sistem memilki daya penyesuaian diri dan untuk menghadapi lingkungannya. Lingkungan disini bisa berarti lingkungan sistem social.
B. Adaptasi dalam Analisa Fungsional
Konsep ini (Fungsional) semula berasal dari konsep biologi , seperti halnya Durkheim, Parson juga melihat persamaan antara masyarakat dengan organisma hidup. Parson berusaha untuk menunjukkan bahwa sistem itu hidup dalam dan bereaksi terhadap lingkungan dan sistem itu mempertahankan kelangsungan pola organisasi serta fungsi-fungsi yang keduanya berbeda dari lingkungan dan dalam beberapa lebih stabil , dia menekankan bahwa sistem yang hidup itu adalah sistem terbuka yaitu mengalami saling pertukaran dengan lingkungannya. Menurut konsep ini , untuk mempertahankan diperlukan prasyarat-prasyarat tertentu, prasyarat yang harus terpenuhi dalam sistem sosial itu ada dua yaitu (1) yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya (sumbu internal-ekternal) dan (2) yang berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan itu (sumbu instrumental-consummatory) berdasarkan premis itu secara deduktif Parson menciptakan empat kebutuhan fungsional (functional requistis) keempat fungsi primer itu yang dapat dirangkai dengan seluruh sistem yang hidup adalah :
1. Adaptasi yakni menunjuk pada kemampuan keharusan bagi sistem memilki daya penyesuaian diri untuk mengahadapi lingkungannya
2. Pencapaian tujuan (goal attainment) yakni menunjuk pada keharusan bagi sistem memiliki kemampuan bertindak untuk mencapai tujuan terutama pada tujuan bersama paa anggota dari suatu sistem
3. Integrasi yakni menunjuk pada keharusan bagi sistem memiliki kemampuan menjaga solidaritas dan kerelaan bekerja sama antara sesaa anggota sosial
4. Latensi yakni persyaratan fungsional yang menunjuk pada keharusan sistem untuk memiliki kemampuan menangani tindakan yang sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berlaku[4]

C. Beberapa kemungkinan bentuk adaptasi
Beberapa bentuk adaptasi :
1. Konformitas (conformity) yakni menunjuk pada penerima budaya baru yang berpengaruh baik dari segi tujuan maupun cara-cara yang digunakan.
2. Inovasi (inovation) yakni menunjuk pada penerima budaya baru ari segi tujuannya tetapi tidak menerima cara-cara yang telah lazim dikesampingkan.
3. Ritualisme (ritualism) yakni menunjuk pada penolakan tehadap tujuan dari budaya baru tetapi menerima cara-cara ang lazim digunakan oleh budaya baru tersebut.
4. Retreatisme (retreatism) yakni menunjuk pada sikap penolakan sama sekali pada pengaruh budaya baru , baik dari segi tujuan atau cara yang digunakan , ia cukup puas dengan budaya yang telah dimiliki meskipun telah jauh ketinggalan dengan masyarakat sekitar
5. Pemberontakan (rebellion) yakni menunjuk pada sikap penolakan budaya lingkungan yang telah berkembang dan menggantinya dengan budaya yang baru[5]

D. ENDING : ADAPTASI SEBUAH KONSEKWENSI SOSIAL
Adaptasi yang dilakukan masyarakat seperti yang dikemukakan Marton bahwa tidak semua pola tindakan dapat diasumsikan mempunyai konsekwensi yang menguntungkan sistem atau atau memenuhi prasyarat fungsionalnya.
Banyak tindakan yang dapat mempunyai konsekwensi yang bersifat disfungsional bahkan juga terdapat kemungkinan bahwa konsekwensi dari suatu tindakan tidak relevan untuk kepentingan keseimbangan sistem. Untuk mengembangkan kepentingan analisa pemahaman terhadap konsep fungsional menurut Marton juga bisa dibedakan antara fungsi manifest dan fungsi latent.
Fungsi-fungsi manifest adalah konsekwensi - konsekwensi objektif yang menyumbang pada penyesuaian terhadap sistem itu yang dimaksudkan (intended) dan diketahui (recognize) oleh partisipan dalam sistem itu, sedangkan fungsi-fungsi latent adalah konsekwensi penyesuaian sistem yang tidak dimaksudkan dan tidak diketahui oleh partisipan dalam sistem[6]

Jadi dalam adaptasi suatu masyarakat terhadap perkembangan sosial yang lebih luas dapat membawa perubahan struktural, senada dengan teori evolusi yang dikembangkan oleh Parsons bahwa perubahan struktural itu dapat meliputi :
1. Diferensiasi , yakni proses di mana satu sistem atau suatu unit yg memiliki tempat tertentu dalam amsyarakat terbagi ke dalam unit-unuit yang berbeda dalam struktur dan fungsi dalam sitem yang lebih luas
2. pembaharuan yang bersifat penyesuaian yakni proses di mana sejumlah besar sumber-sumber disediakan untuk unit-unit sosial sehingga fungsi mereka bebas dari batasan-batasan askriptif yang dibebankan kepada unit-unit yang kurang berkembang
3. Adaptive upgrading (pemasukan), yakni menunjuk pada pengembangan organisasi dan aturan-aturan untuk memperbesar kesetiaan anggota sistem pesantren trhadap lembaga yang ada terlepas dari kesetiaan penuh atau hanya ikut-ikutan.
4. Generalisasi nilai yakni menunjuk pada kecenderungan terbentuknya nilai-nilai tertentu yang dimiliki pesantren[7].

Wallahul A’lam







* Staff Pengajar Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah Jkt
[1] Soerjono Soekanto, Kamus sosiologi, Jakarta : Rajawali Press, 1985, h.10
[2] Theodorson, GA, Modern Dictionary of Sociology, New York, Thomas Crowell, 1970, hal. 5
[3] Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory, California, Wadsworth Publishing Company, 1990, hal. 51
[4] Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory, California, Wadsworth Publishing Company, 1990, hal. 62-71
[5] Robert K. Marton , Social Theory and Social Structure, New Delhi, American Publishing, 1981, hal. 193
[6] Ibid, hal 147
[7] Opcit , Margaret M. Poloma , hal 189

KKN SOSIOLOGI AGAMA DI BANTEN




Tuesday, June 26, 2007

SOSIOLOGI AGAMA DI LOKASI BANJIR PANGADEGAN JAKSEL